Wednesday, December 21, 2016

Benarkah Hutan Leuser Milik Kita? #CareLeuser

Leuserlestari.com--Dua bulan lalu, saya mengetahui satu hal yang membuat akal sehat tak naik pikir. Lewat tontonan itu secara nyata mereka memperlihatkan aksi penebangan pohon secara ilegal. Tertawanya kegirangan setelah berhasil menebang pohon.

Berdasarkan Informasi yang saya dapat ternyata aksi trsebut juga diketahui oleh banyak pihak lainnya dan mereka cuma diam, termasuk pemilik wewenang. Dan katanya lagi bahwa si pelaku dilindungi oleh pihak tertinggi di daerah setempat. Memang situ hutan milik kalian saja? 


***
Beberapa minggi lalu, saya bersama komunitas lainnya #CareLeuser mengikuti workshop di Hotel Grand Arabia yang diselenggarakan oleh USAID Lestari. Acara yang berlangsung selama dua hari itu cukup membuat kami tersadar akan permasalahan besar yang telah dan akan dihadapi Nanggroe terkait hutan Leuser.

Permasalahan baru bisa saja terjadi, lambat atau cepat jika tidak dicegah sedari sekarang. Dalam konteks seperti ini, pelaku wajib disadarkan dengan mengambil berbagai langkah tindakan. Tentu tindakan dari pemilik wewenang lebih diutamakan dari apapun. Kami pun begitu, mampu berbuat sebatas kemampuan dari hal yang paling segelintir.


Hutan kita, hutan Leuser indah sekali. Saya sering mendengar dan membaca kabar dari teman, keanekaragaman hayati yang Leuser hadirkan tidak akan mampu dikembalikan jika telah rusak. Destinasinya mampu menyelamatkan rakyat, fisik maupun jasmani. Pesonanya berdampak nyata. Indah sekali hutan kita jika semua makhluk hidup saling menjaga dan melindungi. Mungkin sampai ratusan tahun pun kita tetap tenang tanpa merepotkan diri dengan masalah-masalah perubahan iklim dan peristiwa alam lainnya




Lewat film dokumenter karyanya Leonardo Dicaprio “Before The Flood” mengisahkan beragam peristiwa yang telah hutan berikan kepada kita ketika perubahan iklim dijadikan kabar fiktif belaka.

Sepenggal cerita yang dikisahkan dalam film tersebut jelas terlihat bahwa kesadaran masyarakat muncul setelah efek itu terpampang nyata menusuk hidupnya. Dan apakah kita harus menerima dampak dahulu kemudian baru sadar?

Menjaga hutan itu kewajiban bukan keharusan. Maka tunaikan kewajiban. Lakukan dari hal yang terkecil, semisalnya jangan membuang sampah ke selokan/parit atau sungai, biasakan hidup bermartabat tanpa harus menyakiti fauna dan flaura. Jika tidak, jangankan untuk menyelematkan tujuh keturunan, kita pun belum tentu sampai memiliki keturunan.


Baca cerita lengkap dari astina di sini

Post a Comment

Start typing and press Enter to search